Freelancer, Kita Adalah Pejuang Independen!

we-can
Pernah tergabung dalam sebuah band indie membuat saya cukup aware dengan bagaimana cara musisi indie berjuang. Berbeda dengan musisi major label, musisi indie membuat album sendiri, mempromosikannya sendiri, mencari celah pada event-event tertentu yang memungkinkan mereka mendapatkan kesempatan manggung, dan proses lainnya yang sangat panjang hingga pada akhirnya meraih popularitas.

Kenapa jadi membahas musisi indie? Well, selama ini saya selalu beranggapan bahwa freelance graphic designer itu ibaratnya musisi independent (indie), dan graphic designer kantoran adalah musisi major label. Kita bebas mengerjakan desain dengan style apa saja, tergantung pintar-pintarnya speak kepada klien. Tidak ada komplain dari Art Director. Tidak ada yang namanya disuruh-suruh, layaknya musisi indie yang bebas memainkan musik apa saja tanpa harus memikirkan kemauan produser. Tidak di-support label besar–dalam kasus kita, tidak disupport kantor advertising besar.
Mengamati bagaimana cara musisi indie bergerak dari bawah hingga menuju puncak kesuksesan, beberapa diantaranya ternyata cukup efektif untuk diterapkan dalam berbagai profesi. Termasuk profesi kita, freelancer. Saya akan coba membahas strategi marketing cara self-promotion yang diadaptasi dari cara musisi indie bergerilya.
  1. Apalah arti sebuah nama?

    Jawabannya: sangat penting! Nama, bagi sebuah musisi indie, terutama band, amat sangat penting artinya. Nama adalah identitas. Mereka rela menggali puluhan sumber, membaca thesaurus, dan membuka kamus bahasa asing, hanya untuk mencari sebuah frasa yang bisa dengan bangga mereka bawa bersama dengan hasil karya mereka. Frasa itu bisa mengandung filosofi tertentu, atau hanya sebuah kata yang terdengar enak bila diucapkan.
    Untuk para freelancer, nama adalah personal branding. Mas Chris Prakoso menyebut personal branding sebagai senjata rahasia para freelancer.
    Beberapa graphic designer memiliki nama alias di internet (online identity). Contohnya Nik Ainley dengan Shiny Binary, Pete Harrison dengan Aeiko, atau pahlawan lokal Yoga Mahendra dengan machine56. Cukup bangga memakai nama anda sendiri? Go ahead! David Airey sukses membangun personal branding dengan namanya sendiri. Buat sebuah nama. Bangkitkan citra yang baik terhadap nama tersebut.
  2. Social Networking

    Nama besar portal social networking Myspace terbukti telah mengubah jalan hidup banyak musisi independen. Dari yang sukses menjual album dan merchandise, mendapat gig (istilah untuk tawaran manggung), hingga tawaran rekaman oleh label besar. Untuk freelancer, banyak social networking alternatif. Mas Aria Rajasa pernah menulis artikel keren tentang pesonal branding dengan social media. Dari yang umum seperti Twitter dan Facebook, hingga yang mengkhususkan diri untuk graphic designer seperti Behance, Deviantart, dan ComputerLove.
    Saran dari saya: buat account di setiap portal networking yang anda tahu. Maintain account setiap beberapa minggu sekali. Manfaatkan luasnya jaringan untuk mencari teman. Semakin banyak anda mendaftar, semakin besar kemungkinan anda untuk ditemukan calon klien. Suatu ketika saya terkejut ketika dihubungi oleh seorang klien yang mengenal saya dari situs X, padahal saya lupa saya pernah mendaftar disana (saking terlalu banyak). Anda tidak akan pernah tahu kalau tidak mencoba :)
  3. Merchandising

    Seberapa sering anda melihat T-shirt bergambar lidah menjulur khas band rock Rolling Stone? Atau logo The Ramones diatas kaos hitam? Dalam scene musik independen, merchandise adalah salah satu cara untuk meningkatkan presence dan income, tentunya. Untuk kita para graphic designer, merchandise adalah salah satu trik colongan marketing gratis (yang keren). Merchandising disini tidak perlu barang yang real. Wong kita freelancing juga online, betul? ;) Memproduksi freebies, dalam kasus ini, adalah salah satu bentuk merchandising. Adii, founder marketplace premium themes WooThemes, tetap menyempatkan dirinya untuk merilis wordpress theme gratisan. Tujuannya? Pastinya untuk meraih jaringan klien yang lebih luas. Blog web development terkenal Smashing Magazine bahkan membuka dirinya bagi graphic designer yang ingin merilis freebies.
  4. Aktif di Forum

    Cara ini cukup general bagi semua profesi. Walaupun sekarang sudah muncul banyak alternatif komunitas online, forum tidak pernah mati. Walaupun Friendster telah berganti Facebook dan IRC berganti Messenger, tetap saja tidak ada yang bisa mengalahkan kejayaan Kaskus (maaf untuk contoh ini saya agak random :P ).
    Forum-forum musik, baik luar maupun dalam negeri, biasanya memiliki room khusus Song Review, dimana para musisi home recording dan band indie membuat thread tentang musik mereka dengan tujuan mendapat kritik, saran, maupun pujian dari anggota yang lebih senior. Untuk para web designer, Smashing Magazine Forum memiliki room khusus bernama Review My Site, dimana kita menunjukkan hasil web design kita disana, lalu sesama forum member memberi kritik dan saran. Ini merupakan cara yang cukup tricky, karena sebelum me-review web kita, mereka pasti akan mengunjunginya dulu. Traffic traffic :)
    Indonesia memiliki Massive Lab, forum lokal tempat para graphic designer senior berkumpul. Disana ada room bernama Show Off, yang fungsinya sama seperti Review My Site dari Smashing Magazine Forum. What I’m trying to say here adalah Anda tidak pernah tahu siapa yang akan anda temui di forum. Mungkin si X adalah Senior Art Director, atau si Y adalah sesama freelancer yang sering menangani klien besar. Dengan membiarkan mereka melihat hasil karya Anda, bukan tidak mungkin ke depannya Anda kecipratan order atau (sesial-sialnya) outsource dari mereka.
  5. Go Out and Play – in the Right Zone

    Bila musik memiliki genre, design memiliki style. Istilahnya, band jazz harus keluar dan manggung di klub jazz untuk mendapatkan apresiasi yang sepantasnya. Apabila band jazz manggung di bar rock, bukannya tidak mungkin mereka ditimpuk botol.
    Apabila hingga saat ini karya anda hanya untuk dinikmati klien saja, keluarlah. Dan tunjukkan karya anda kepada dunia. Namun pastikan anda bergabung di zona yang tepat, dimana berisi orang-orang yang memiliki passion untuk style yang sama dengan anda. Berikut beberapa contoh zona pamer karya yang mungkin tepat dengan minat Anda:
    • Apabila anda maniak logo, pamerkan karya Anda di Logopond.
    • Apabila anda seorang illustrator, coba bermain-main di Illypads.
    • Apabila anda menyukai photo manipulation, silakan aktif di Evoke dan Slashthree
    • Apabila anda seorang web designer, hajar semua CSS gallery list dan post website anda disana! CSS gallery list sekarang sudah tidak terhitung banyaknya. Mau bukti? Silakan kunjungi 200 CSS Gallery List atau google “CSS Gallery List”.
Kurang lebih itulah yang bisa kita lakukan sebagai freelancer. Tidak ada yang bisa membantu karir kita kecuali diri kita sendiri. Mari angkat tangan dan katakan dengan bangga: Kita adalah pejuang independen!

sumber: http://www.ruangfreelance.com

0 komentar:

Posting Komentar

SEARCH PROJECT